USAHA dan kerja keras tidak pernah mengkhianati hasil. Melewati proses panjang dan penuh perjuangan yang dibarengi dengan doa dan dukungan penuh dari keluarga serta kerabat, ikhtiar untuk mewakafkan diri agar berguna dan bermanfaat bagi masyarakat luas akhirnya menemukan jalannya sendiri. Seperti itulah yang dialami oleh Muhammad Safri dalam perjalanan karir politiknya.
“Tidak ada yang instan dan semua bukan karena kebetulan saudaraku. Apa yang saya capai hari ini adalah bagian dari proses panjang sebuah ikhtiar, sebuah kesadaran dan kemauan besar untuk berguna dan bermanfaat bagi masyarakat luas,” ujarnya saat ditemui awak media usai pelantikan anggota DPRD Provinsi Sulawesi Tengah, Rabu 25 September 2024.
Sebagai anak nelayan, mantan Wakil Ketua DPRD Morowali Utara ini mengaku bersyukur dan bangga bisa duduk di DPRD Sulteng. Pasalnya dalam kontestasi di Pemilu legislatif 2024 lalu harus bersaing dengan sejumlah politik senior di daerah pemilihan Morowali dan Morowali Utara.
“Ini sebuah kesyukuran bagi kami dan pastinya bangga bisa mengunci satu kursi di DPRD Sulteng. Sebagai wajah baru di parlemen provinsi bukan perkara mudah karena harus bersaing dengan sejumlah politisi senior di dapil Morowali dan Morowali Utara,” ungkapnya.
Berbekal pengalaman sebagai wakil rakyat di DPRD Morowali Utara selama dua periode, Safri mampu menjawab keraguan publik dengan meraup suara yang signifikan di Pemilu 2024. Capaian ini sangat disyukuri oleh ayah tiga anak tersebut. Pasalnya, Safri bukanlah politisi yang berlatar belakang pengusaha atau mantan birokrat yang memiliki kekuatan finansial yang memadai. Namun, sebagai mantan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Safri paham betul bagaimana seharusnya politisi menempatkan posisinya di tengah masyarakat.
“Saya menjadikan perhelatan demokrasi lima tahunan ini sebagai panggilan untuk menyumbang pikiran, tenaga, daya dan upaya serta kemampuan untuk mengabdikan diri demi kepentingan masyarakat khususnya di Morowali dan Morowali Utara. Dan hal itu telah saya aplikasikan selama menjabat dua periode di DPRD Morut,” bebernya.
Safri mengaku hanya mengandalkan kekuatan silaturahim sebagai modal besar dalam merebut hati masyarakat Morowali dan Morowali Utara. Membangun demokrasi yang sehat, berperilaku politik yang berbudaya dan beradab juga menjadi ciri khas perjuangan Muhammad Safri yang mungkin jarang dimiliki oleh politisi lainnya.
“Dalam politik setiap kontestan tidak perlu merasa memiliki lawan. Sebab lawan sesungguhnya adalah hawa nafsu sendiri. Politik itu tidak boleh ada lawan, karena politik adalah cara memperbanyak sahabat. Ini bukan soal kekuasaan, menang atau kalah tetapi semangat kita untuk memberikan yang terbaik untuk rakyat,” tegasnya.
Mencetak sejarah sebagai putra daerah Morowali Utara pertama yang berhasil duduk di DPRD Sulawesi Tengah sejak penyelenggaraan pemilihan umum secara langsung pada 2004 silam, Safri menyadari menjadi wakil rakyat mesti memiliki kesediaan mendengar berbagai macam pendapat, mau berdialog dengan yang berbeda pandangan. Bahkan membutuhkan pengkritik yang bisa mengupas kelemahan ide-ide dan gagasan yang ditawarkan untuk kemaslahatan masyarakat.
“Menjadi wakil rakyat bukan untuk pamer dan berlaku sombong. Sejatinya, jabatan yang saya emban saat ini adalah titipan dan merupakan mandat dari rakyat yang harus dijalankan dengan baik dan penuh tanggung jawab serta satu dari sekian banyak ujian dalam proses pendewasaan diri sekaligus jalan pengabdian untuk kemaslahatan rakyat,” ujarnya.
Yang tak kalah penting menurut Safri adalah menjadikan jabatan sebagai sarana untuk lebih memperbaiki hubungan, baik horizontal yakni sesama manusia, terlebih hubungan vertikal yaitu kepada Allah SWT. Safri tak lupa mengutip ucapan Presiden RI ke 4, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur bahwa “Tidak ada jabatan di dunia ini yang perlu dipertahankan mati-matian, sebab yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan.***