Oleh H. Sofyan Farid Lembah
Hari ini saya tidak ingin melihat bencana Pasigala 289 dalam kacamata eksternal. Itu bisa berbuah tangkapan kebutuhan, ketidakpedulian, maladminiatrasi dan korupsi. Saya lebih tertarik merasakan, memahami, merenungkan dan mensiasati perilaku pada kacamata internal.
Ketika kenakalan perilaku membawa amarah Sang Pencipta maka akibatnya bisa tak terbayangkan. Bukan hanya gempa menggelegar 7,4 SR – 9,2 Magnitudo yang didapat, Tsunami Tolubamba juga menghajar keangkuhan manusia mulai dari Lompio Pantai Barat, Pelabuhan Pantoloan, PLTA Panau hingga Mamboro, Tondo, Loli Tasiburi, dan Silae serta tentunya pantai Talise dan Jembatan Palu IV atau Jembatan Teluk Palu yang menjadi ikon kota luluh lantah.
Belum lagi jerit tangis menyayat dari mereka di Tagari Lonjo atau kawasan PERUMNAS dan Petobo serta Jono Oge lewat Nalodo atau bahasa ilmiahnya LIKUIFAKSI yang jarang terjadi dibelahan bumi manapun. Kiamat kecil telah diberikan sebagai ujian bagi kita semua yang ada di tanah PASIGALA. Hilang semua kesombongan, tak ada lagi Profesor, doktor, dokter, Polisi, Tentara, bahkan Walikota, bupati dan Gubernur sekalipun. Apalagi cuma Ombudsman. Saya terputar terguling guling di jalan Prof M.Yamin berulang ulang kali. Hilang semua tenaga Prana Sakti.Tertinggal hanya kalimah Allahu akbar Allahu akbar.
Di Purnama merah mencekam, kami duduk bersama di posko Masjid An Nur kompleks BTN Bumi Anggur. Itulah malam yang paling menakutkan yang pernah saya rasakan. Dikejauhan api membakar sebuah kawasan. Banyak kurban patah tulang yang meminta pertolongan di tengah malam. Ada suara ilolong anjing bersahutan. Tersiar khabar kematian gubernur, walikota dan kak Cudy. Semua berita datang dan pergi di tengah kegelapan tanpa ada signal komunikasi. Tak ada yang bisa dihubungi.
Akhirnya satu satunya yang bisa dilakukan adalah kami semua duduk bersimpuh sambil berharap semoga semua keluarga bisa berkumpul esok harinyA. Malam itu kami berserah diri. Mata batin memerintahkan bukan hanya harus bersyukur masih diberi kehidupan akan tetapi memperbanyak bermunajat memohonkan ampunan lebih utama. Yaa Allah Yang Maha Menolong, ampuni dosa dosa kami tak akan kami mengulang perbuatan laknat kami meninggalkan ajaranmu.
Saat ini kamipun masih berdoa, Yaa Allah berilah kekuatan dan kesabaran pemimpin kami dalam memajukan negeri kami. Kiamat kecil itu telah menyadarkan kami. Olehnya, berilah kami petunjuk menyelesaikan seluruh pekerjaan rumah untuk memberikan senyuman kepada mereka yang menuntut haknya atas hunian dan kesejahteraan. Innama amruhu idza arodha sai’an ayyakuulahu kun fayakun…Engkaulah satu satu yang bisa menolong kami.
Billahii fisabilil haq