GELIAT SULTENG EMAS LEBIH TERASA
Oleh: Natsir Said
Jika merujuk pada jarak yang tertera di aplikasi google maps, jarak tempuh dari pusat ibukota provinsi Sulteng, Palu ke Luwuk, Kabupaten Banggai, tertera angka 591,7 Kilometer. Jarak itu, jika ditempuh lewat jalur darat akan memakan waktu berkisar di angka 11 hingga 12 jam perjalanan.
Dalam beberapa kali penulis mendatangi Luwuk, perjalanan selama itu tidak terlalu melelahkan. Apalagi rute yang ditempuh lebih dominan menyusuri bibir pantai, pemandangan laut, ombak yang menerjang pantai berpasir putih disertai angin sejuk, seolah ‘menarik paksa’ kita untuk larut dalam perenungan, bahwa Tuhan adalah kekuatan Maha Dahsyat yang telah mengatur setiap detil semua ini, sedemikian rupa dengan teramat sempurna.
Di ujung paling Timur Sulawesi Tengah inilah, Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) ke-IX tahun 2022 akan digelar. Ditetapkannya Luwuk, Kabupaten Banggai sebagai tuan rumah Porprov penuh dinamika. Awalnya, dalam proses bidding (lelang) bulan Maret 2020, Kabupaten Buol terpilih sebagai tuan rumah. Namun karena hingga memasuki akhir tahun 2021 dan jadwal Porprov 2022 makin dekat, sementara Kabupaten Buol tak juga menampakkan kesiapannya, bahkan penganggaran dalam APBD 2022 tidak mengalokasikan dana untuk kegiatan Poprov, maka Gubernur Sulteng mencabut Surat Keputusan yang mengesahkan Buol sebagai tuan rumah.
Batalnya Buol sebagai tuan rumah sempat jadi polemik. Aksi massa dan gejolak sempat terjadi di Kabupaten Buol. Tulisan ini tidak hendak mengulas soal itu, sebab ada aroma politik juga tercium. Namun yang pasti, berdasar pada proposal penawaran diri tuan rumah Porprov IX 2022 dari Pemerintah Daerah Kabupaten Banggai, Gubernur Sulteng Rusdy Mastura kemudian menetapkan Banggai sebagai tuan rumah.
Mengurus olahraga, seperti nelayan yang terjebak dalam upaya mengurai tali kail yang kusut, sementara ikan sedang bergerombol di bawah menunggu umpan. Semakin tak sabar mengurusnya, tali kail tak kunjung terurai atau bahkan tambah kusut. Dibutuhkan kesabaran penuh dan ketelitian. Penulis yang baru saja terlibat aktif dalam kepengurusan KONI Sulteng periode 2021-2025 merasakan betul bahwa kunci kesuksesan prestasi olahraga adalah kesabaran, ketelitian dan komitmen. Di bawah kepemimpinan Nizar Rahmatu, geliat itu mulai menyata. Gerak cepat dan strategis satu demi satu mulai bergulir. Dalam hitungan tidak lebih dari 3 bulan penggemblengan atlit, berdampak positif pada raihan medali atlit Sulteng di ajang PON Papua yang keluar dari budaya urutan ke-30-an. Selain itu, beberapa Cabang Olahraga (Cabor) pun mulai kembali bergairah.
Kembali ke soal Luwuk, Kabupaten Banggai, siang tadi, Jumat (17/12), Ikatan Motor Indonesia gelar road race di sirkuit Tugu Adipura. Bupati Banggai Amirudin Tamureka yang membuka kegiatan itu berjanji akan menetapkan sirkuit yang ada di tengah kota dan jadi jalur umum itu sebagai sirkuit tetap kegiatan-kegiatan race. Dari sambutannya, penulis merasakan ada gairah besar kini dimiliki para kepala daerah, terutama Bupati Kabupaten Banggai ini. Di tingkat provinsi, tak usahlah kita bertanya seberapa besar keinginan Gubernur Rusdy Mastura dalam bidang olahraga. Sebab seperti kita tau bersama, Rusdy Mastura adalah salah satu legenda hidup sepakbola. Kemungkinan, bertemunya dua keinginan kuat, Gubernur dengan program Sulteng Emas yang menetapkan Kabupaten Banggai sebagai tuan rumah Porprov serta gairah olahraga Bupati Kabupaten Banggai, kelak akan jadi motor penggerak bagi daerah lain untuk segera bangkit bersama memajukan olahraga di Sulteng. Paling tidak, kampanye-kampanye olahraga juga dapat mengetuk kesadaran semua pihak, bahwa mengurus olahraga harus didukung seluruh elemen, tidak hanya dibebankan pada lembaga KONI sebagai single fighter yang ada di front sendiri. Ibarat pendekar Thong Taisu dalam serial Kho Ping Hoo, kesaktiannya tiada tanding, namun karena bergerak dan berjuang sendiri justeru perlahan membikin hidupnya terasing hingga menua.
Olahraga adalah medan perang. Ia harus dilakoni dengan kesungguhan semua pihak, sebab selain menjadi salah satu alat ukur sehatnya sebuah bangsa, olahraga juga pada akhirnya akan jadi cermin budaya pada generasi setelah kita, puluhan bahkan ratusan tahun setelah kita berakhir dan menitipkan kehidupan ini pada anak cucu kelak.
Dari bumi Tompotika, Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulteng Emas dan harapan olahraga jaya menyeruak.
*penulis adalah Pengurus KONI Sulteng Bidang Hukum