PALU-Ketua Senat Akademik Untad, Prof Basir Cyio diduga melakukan tindakan intimidatif kepada anggota senat, Nur Sangadji. Peristiwa bernuansa SARA terjadi dimomentum Wisuda Mahasiswa Untad beberapa waktu lalu. Dari peristiwa tersebut, korban melaporkan perilaku mantan Rektor Untad dua periode ini di Polda Sulteng.
Sebelumnya, sejumlah dosen Untad yang tergabung dalam Kelompok Peduli Kampus (KPK) jumpa pers di Sekretariat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Palu, Jalan Ahmad Yani, Besusu Tengah, Palu Timur.
Nur Sangadji, wakil Sekretaris KPK menyebutkan, saat itu momentum wisuda. Sebagai dosen Fakultas Pertanian sekaligus anggota senat akademik Untad, hadir atas undangan ketua Senat, Prof Basir Cyio. Namun dirinya mendapat perilaku intimidasi dari sang profesor.
Berikut kronologi singkatnya ditulis bapak Nur Sangadji;
1. Selaku anggota Senat akademik universitas Tadulako, saya datang di acara Wisuda atas undangan Basir Ciyo selaku Ketua Senat.
2. Saat menunggu di Rektorat, saya berdiskusi dgn prof Syukur umar. Basir Ciyo masuk dan duduk di depan saya lalu menyapa saya. Sesaat kemudian dia pergi.
2. Sekitar 5 menitan kemudian, dia datang lagi, tapi dari samping. Saya tdk melihatnya. Tiba tiba sudah beraada di depan, agak menyamping di kanan saya. Lalu menekan pundak sehingga sy tidak bisa berdiri. Saya berusaha berdiri, tapi dia tetap menekan.
3. Pada saat bersamaan, dia lakukan interogasi kasar dengan menuduh saya menyamakan antara plagiat dan predator. Tuduhan yg selain tidak benar, juga tidak mendasar. Dia juga menuduh saya yg menuliskan soal Predator dan plagiat tersebut di media Al khairaat.
4. Pada waktu saya bilang bukan saya, dia lalu membentak..dgn pertanyaan bernada tinggi, “lalu siapa..?”
5. Waktu sy sebut nama sang penulisnya. ..Dia seperti salah tingkah,,sambil keluarkan kata bernada ancaman bernuansa SARA..
6. Semuanya sdh sy ceritakan pada laporan pendahuluan di kantor Polisi.
Prof Basir Cyio menepis tudingan intimidasi itu. Seperti dikutip di TribunPalu.com, Prof Basir, mengaku dirinya hanya ingin mengajak Nur Sangadji berbicara langsung terkait persoalan yang terjadi.
Sebab, Nur bersama anggota KPK lainnya selama ini menyoal beragam permasalahan kampus tanpa pertemuan diskusi.
“Saya tidak intimidasi, tapi saya bilang mumpung bertemu setelah sekian lama tidak bertemu dan sekian banyak episode koar-koar. Pas bertemu, eh ada-ada saja alasan. Kalau dia bilang intimidasi, emang dia anak kecil. Orang hebat kok cengeng. Kenapa waktu di rektorat tidak berteriak kalau saya intimidasi atau lakukan kekerasan,” jelas Prof Basir.
Mantan Rektor Untad dua periode itu mengenal Nur Sangadji sebagai sosok keras kepala dan susah menerima masukan.
Prof Basir menduga tudingan tersebut muncul lantaran Nur Sangadji iri terhadap para koleganya.
Dia merasa tak perlu berkomentar banyak terkait beragam tudingan Nur Sangadji dan KPK terhadap dirinya dan sejumlah pejabat Untad.
“Mereka itu kerjanya menyerang. Silakan tanya orang Untad sejak kapan saya mau melukai perasaan orang lain. Saya ini banyak diam kalau orang serang di media. Kalau sudah Pak Nur Sangadji bicara, susah dibantah dan berdebat satu hari satu malam. Beliau memang yang benar dan saya salah, tak apa-apa,” tutur Prof Basir.*
editor yusrin