PALU – Para alim ulama, ustadz, maupun ustadzah, diharapkan hadir menjadi lentera, penerang untuk umat di masa-masa pemilihan kepala daerah (pilkada) yang akan berlangsung tahun 2024 ini.
Para alim ulama tersebut diharapkan dapat membimbing umat untuk mencari pemimpin yang memenuhi syarat menurut syariat Islam, termasuk di dalamnya pemimpin yang mencintai masjid.
“Jangan kemudian, atas nama netralitas, lalu berdiam diri membiarkan umat tersesat dalam pilihan-pilihannya,” kata Ketua Pengurus Wilayah (PW) Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), Ahmad M. Ali, saat membawakan sambutan pada kegiatan Halal bi Halal DMI Sulteng, di Sriti Convention Hall, Sabtu 20 April 2024.
Menurutnya, salah satu hambatan saat ini adalah mengembangkan misi dakwah di DMI ini, karena Sulteng tidak memiliki pemimpin yang mencintai masjid.
“Untuk itu, saya selaku ketua partai politik, ada beberapa kader DMI di kabupaten, Insyaallah akan dicalonkan oleh Partai NasDem. Kita ingin ke depan, dakwah ini bisa berjalan luas, maka kita butuh pemimpin yang mencintai masjid,” ujar Wakil Ketua Umum (Waketum) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Nasional Demokrat (NasDem) ini.
Ia menyatakan, tidak mau lagi melihat, ada umat Islam yang membawa kotak amal di jalan-jalan untuk pembangunan masjid. Ia menginginkan ada pemimpin yang punya keberanian untuk berpihak kepada umat.
Untuk itu, lanjut dia, masyarakat juga harus lebih selektif. Jangan sampai, umat Islam dieksploitasi ketika menghadapi Pemilu atau Pilkada.
“Karena percayalah saudara-saudaraku, tidak ada kesejahteraan yang lahir dari pemimpin yang tidak berpihak kepada umat. Tidak ada kesejahteraan dari para pemimpin yang menipu rakyatnya,” tegasnya.
Ia mengajak masyarakat untuk mencari pemimpin yang ketika terpilih, bisa melaksanakan janji-janji politiknya. Ia meminta masyarakat jangan pernah memberi maaf kepada politisi yang berbohong, termasuk dirinya sendiri.
“Kalau saya memiliki janji-janji politik yang saya tidak tepati, maka ke depannya jangan memilih saya,” tegasnya.
Menurutnya, politisi busuk harus dilawan, karena sekali dia berbohong, maka dia akan mengulangi kebohongan-kebohongan itu lagi.
Ia juga menyatakan, jika mau memperkuat demokrasi di republik ini, maka syaratnya hanya satu, kembalikan kepercayaan rakyat terhadap partai politik.
“Syaratnya agar kepercayaan ini tumbuh, maka beri pelajaran kepada politisi-politisi busuk. Jangan pilih dia kembali ketika masih mencalonkan diri,” tekannya.
Pada kesempatan itu, ia juga menyampaikan terima kasih kepada masyarakat Sulteng yang telah mengikuti dengan baik proses politik lima tahunan, yaitu pemilihan legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres).
Dalam pemilu, kata dia, pasti terjadi perbedaan. Ia berharap, setelah selesai pemilu, rapatkan kembali silaturahmi dan bergandengan tangan antara satu dengan yang lain.
“Perbedaan pilihan itu adalah keniscayaan. Jangan nanti, elitnya sudah bersatu, masyarakatnya tetap mempertahankan perbedaan-perbedaan itu,” katanya.
Ke depan, lanjut dia, akan ada putusan Mahkamah Konstitusi terkait gugatan hasil pemilu. Ia pun meminta kepada masyarakat untuk menjaga kondusivitas dan mempercayakan hasilnya kepada institusi negara yang sudah ditunjuk untuk mengadili proses ini.
“Walaupun nantinya keputusan itu tidak sesuai harapan kita, tapi percayalah saudaraku bahwa yang baik menurut kita, belum tentu baik menurut Allah. Sekali lagi, apapun keputusan dari Mahkamah Konstitusi, saya minta kita semua menerima dengan lapang dada,” tutupnya. **