Kisah Nyata di Keluarga Ahmad Ali
Pernah suatu waktu kira-kira 10 tahun yang lalu saya tiba di Wosu, Kabupaten Morowali, subuh hari menjelang sahur untuk bertemu dengan teman yg kebetulan bagian dari keluarga H. Ali (H. Sun), ayah Ka Mad.
Karena baru sekitar pukul 02.30 wita, si empunya rumah mungkin masih tidur sehingga tidak menjawab telepon dari saya.
“Begitu memang beliau. Setiap bulan puasa selalu membagi bagikan beras untuk orang di sekitar sini. Itu sudah menjadi rutinitasnya,” demikian informasi yang saya dengar kemudian.
Keesokan harinya saya baru tau ternyata beras itu adalah beras yang akan dibagi bagikan kepada warga masyarakat sekitar Wosu sebagai hasil dari sawah mereka.
Sambil menunggu waktu sahur, saya masuk di pekarangan rumah besar sebelah masjid dan melihat ke dalam rumah melalui jendela. Suasana sunyi dan sepertinya rumah itu tidak berpenghuni.
Yang nampak di tengah rumah besar itu hanya tumpukan beras yang sangat banyak.
Saya pikir, untuk apa yah beras sebanyak itu??? Ditarohnya di dalam rumah yang begitu mewah.
“Semoga Allah senantiasa menjaga hati orang-orang dermawan agar senantiasa penuh belas kasih kepada sesama terutama kepada mereka yang membutuhkan. Saya jadi paham, darimana asal kedermawanan itu bersumber. Ajaran kebaikan memang penting kita wariskan dari generasi ke generasi. Demi maslahat bersama” kisahnya.
Pun demikian juga pemimpin- pemimpin kita yang lainnya, agar senantiasa dilimpahi hati yang bersih, pikiran yang jernih serta fisik yang kuat. Agar tetap berlaku adil dan bijak.**
Kisah ini dituturkan Mantan Ketua GP Ansor Sulteng, Alamsyah Palienge