Palu, trustsulteng – Ditengah gemuruh politik dan dinamika parlemen, ada satu nama yang menonjol dengan cara yang tidak biasa. Ahmad HM Ali, anggota DPR RI asal Palu, Sulawesi Tengah, ia berhasil menarik perhatian tidak hanya karena kebijakan yang diusungnya, tetapi juga karena dedikasinya yang luar biasa terhadap kemanusiaan.
Sejak awal periode pertamanya di Senayan 2014, Politisi NasDem itu menetapkan standar baru dengan menolak mengambil gaji yang seharusnya menjadi haknya.
Ia malah mengalokasikan pendapatan tersebut untuk biaya umrah bagi orang-orang kurang mampu utamanya imam masjid, sumbangan untuk pembangunan masjid, dan pelbagai kegiatan amal lainnya.
Tindakannya ini tidak hanya mencerminkan kepedulian yang mendalam terhadap sesama, tetapi juga menunjukkan komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai kehidupan yang tulus.
Salah satu momen yang menggugah terjadi di Buol pada tahun 2016, ketika seorang Imam Masjid yang tidak diketahui namanya secara tiba-tiba melangkah mendekati Ahmad Ali dengan penuh sukacita.
Imam paruh baya tersebut tidak dapat menyembunyikan rasa terima kasihnya karena Ahmad Ali telah membuat mimpinya untuk melaksanakan umrah menjadi kenyataan.
“Saya bilang ke istri, umrah itu benar-benar rezeki Allah SWT. Tapi karena Ahmad Ali,” ucapnya.
Yang membuat kejadian ini semakin memukau adalah keterangan bahwa Ahmad Ali bahkan tidak mengenal siapa pun dari mereka yang dia bantu, termasuk sang imam yang berterima kasih.
Dalam pandangannya, Ahmad Ali meyakini bahwa membantu orang lain seharusnya tidak dilakukan dengan maksud untuk dipuji atau dikenal banyak orang.
Keyakinan itu tercermin dalam aksinya yang selalu dilakukan dengan penuh kesederhanaan dan tanpa pamrih. Baginya, keikhlasan adalah kunci utama dalam menjalani kehidupan dan berbagi kebaikan kepada sesama.
“Saat tangan kanan memberi, tangan kiri sebaiknya tidak mengetahui,” ungkap Ahmad Ali, menggambarkan prinsip sederhana namun dalam praktiknya sering kali sulit untuk dijalankan.
Filosofi ini, yang sering terdengar, tetapi jarang terimplementasi sepenuhnya, menjadi landasan moral yang tidak pernah lepas dari tindakan-tindakan beliau.
Kisah Ahmad Ali tidak hanya menginspirasi karena kebaikan yang dilakukannya, tetapi juga karena ia berhasil meneguhkan makna sejati dari kepemimpinan yang bermartabat dan berdedikasi tinggi.
Di tengah arus informasi yang sering kali dipenuhi dengan kontroversi dan konflik, cerita seperti Ahmad Ali memberikan harapan bahwa nilai-nilai kemanusiaan yang tulus masih tetap hidup dan dapat menjadi pilar utama dalam membangun masyarakat yang lebih baik.
Sebagai seorang politisi, Ahmad Ali mungkin tidak selalu mencuri perhatian di layar utama, tetapi jejak kebaikannya telah meninggalkan kesan mendalam dalam banyak kehidupan.
Ia membuktikan bahwa kebaikan tidak pernah terlalu kecil untuk dijalankan dan bahwa setiap individu memiliki kekuatan untuk membuat perbedaan, tanpa harus mencari pengakuan.
“Dalam dunia yang sering kali dipandang dingin oleh kalkulasi dan logika, saya dapat pelajaran bahwa kebaikan yang dilakukan dengan tulus dan tanpa pamrih adalah bahasa universal yang mampu menyentuh hati setiap orang, tanpa terkecuali,” tutup Ahmad Ali.
Mungkin karena asbab kebaikan itu, di periode kedua 2019 Ahmad Ali kembali terpilih. Jabatan strategis dalam NasDem pun diraihnya.
Belum lama menjadi Bendahara Umum NasDem, ia kemudian dipercaya menjadi Wakil Ketua Umum.
Tidak sampai disitu, ia pun ditunjuk sebagai ketua fraksi NasDem dan didaulat Surya Paloh menjadi Kepala Tim Pemenangan Nasional Anies R Baswedan di Pilpres.
Memang bukan jabatan sembarangan. Jika dilihat dari totalitasnya mengurus partai, semua itu wajar diraihnya.
Kini, Ahmad Ali berikhtiar. Suami dari Nilam Sari Lawira itu memantapkan diri mengikuti Pilkada Sulteng.
Berpasangan dengan Abdul Karim Aljufri. Ahmad Ali yang didukung Gerindra, NasDem, PKB, dan beberapa partai lainnya itu bersiap menang dan kalah. **
Tim AMC