Palu, trustsulteng – M Ridha Saleh, satu dari beberapa nama santer bakal calon walikota palu yang sangat diperhitungkan. Tim ahli gubernur sultenh membidangi kemasyarakatan, antar lembaga dan hak asasi manusia ini sudah menyiapkan diri lahir bathin baik fisik, psikis, mental, intelektual dan finansial untuk merebut kursi 01 kota palu.
Edank, begitu sapaan M. Ridha Saleh, tercatat sebagai kader Partai NasDem Sulteng, yang sangat familiar dikalangan warga kota palu.
Selama puasa ramadhan, Edank sudah membuat kegiatan rutin sebagai bagian programnya jika dia diberi amanah warga palu memimpin sebagai wali kota 2024 – 2029.
Ditemui dikediamannya seperti dikutip dari filesulawesi.com, Edank bercerita banyak tawaran program rencana maju sampai jika terpilih menjadi walikota palu.
“Secara psikis, secara intelektual, finansial, saya siap maju ke Pilwalkot, saya sudah belajar tentang kota. Kota ini tidak rumit tapi tidak mudah untuk membangun kota ini,” urainya.
Edank menjelaskan faktor penting dalam membangun kota adalah membangun kulture atau membentuk budaya dalam peradaban kota.
Membangun kota lanjut Edank, yaa dimulai dari desentralisasi dalam pengelolaan sampah, pemberdayaan padat karya (menggunakan istilah saya, sebagai retrasinsisi padat karya), resisi development serta ekonomi sekuler.
“Banyak orang pintar tapi untuk membangun budaya kota itu sangat sulit. Kalau ingin mau merubah kota ini harus menjadi nomor satu. Saya harus membenahi lagi terkait dengan system dari pengelolaan sampah atau kebersihan, dalam hal ini mekanismen atau sistemnya yang harus kita ubah,” katanya.
“Menurut saya kita harus apresiasi terkait dengan penerimaan ADIPURA. Menurutku, ADIPURA itu bukan simbol dari budaya bersih, itu sebagai simbol fisik dari kota bersih. Dia tidak pernah memberikan nilai terhadap budaya orang. Saya mau tanya, pertisipasi masyarakat dalam membersihan sampah di kota Palu ini apakah sudah berdasarkan hati, keikhlasan atau masih berkutat terhadap pengenaan retribusi,” kata M Ridha Saleh lagi.
Menurutnya, bangun kesadaran warga terhadap pengelolaan sampah bukan karena berdasarkan pengenaan retribusi namun karena berdasarkan keikhlasan nyata yang diberikan warga dalam menjaga kebersihan itu sendiri.
“Jadi, retribusi ini sebenarnya tidak memberikan kesadaran kepada masyarakat terhadap budaya menjaga kebersihan masyarakat. Kita kalau ke kota-kota besar, mereka sudah takut, sadar kalau membuang sampah di sembarangan tempat. Ini yang kita mau, apa yang kita ubah adalah sistemnya,” sebutnya.
Misalnya, lanjut dia, sampah itu merupakan manfaat, sampah itu harus dijadikan manfaat. Jadi, makanya sampah itu harus kita olah, bukan malah dibuang.
Bagaimana cara mengelola sampah tentu dibuat sistemnya. Salah satunya ialah desentralisasi pengelolaan sampah. Jadi, kelurahan-kelurahan itu harus memiliki bank sampah. Salah satunya, tidak ada sampah yang dibuang langsung ke TPA. Namun diolah dulu, nanti ada yang tidak bisa diolah baru dibawah ke TPA.
“Memang ini ada kaitannya dengan anggaran. Makanya, kedepan kita harus alokasikan anggaran yang cukup, bagi pengelolaan sampah. Jadi, isitilahnya kita sudah tidak lagi membenani melalui retribusi akan tetapi tetap kita minta partisipasi masyarakat bukan retribusinya. Saya tidak minta kepada masyarakat, tetapi kelurahan yang berinovasi dalam membangun satu mekanisme komunal di dalam kelurahan itu untuk memanfaatkan sampah,” jelas M Ridha Saleh.
Sekali-lagi ia tegaskan, terkait dengan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tentu ada pemangkunya. Ada rekomendasi dari partai kepada siapa kandidat atau calon yang diusungnya nanti, inilah yang sementara ditunggu.
Tentu, rekomendasi dari partai berdasarkan dari hasil survei internal maupun survei independen terhadap elektabilitas dari masing-masing calon atau kandidat yang bakal diusung.
“Kita mau tidak mau harus mendapatkan rekomendasi dari partai. Saya sekarang ini sedang menunggu rekomendasi. Kalau untuk siap mendaftar, Insya Allah pada saatnya saya akan mendaftar dengan menyampaikan visi-misi saya, secara lahir bathin saya sudah tidak ada masalah. Saya sudah mengerti dalam menyelesaikan permasalahan kota, membangun kota, membangun sosial religius dengan masyarakat. Insya Allah, saya telah memahami permasalahan kota ini,” tutup Edank.