
Jakarta, trustsulteng – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) tengah menjaring mitra anyar untuk proyek pembangunan smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) di kawasan tambang Bahodopi, Sulawesi Tengah.
Proyek itu diperkirakan menelan investasi mencapai sekitar US$2 miliar atau setara dengan Rp32,51 triliun (asumsi kurs Rp16.225 per dolar AS). Hitung-hitungan itu turut mencakup kebutuhan investasi untuk pengembangan tambang.
Saat ini, proyek smelter Bahodopi dioperasikan oleh PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia, usaha patungan antara INCO bersama dengan GEM Hong Kong International Co. Ltd.
INCO memegang 49% saham pada perusahaan smelter itu. Sementara sisanya dipegang oleh GEM Hong Kong International.
“Mayoritas masih GEM. Kita masih cari juga [partner untuk Bahodopi] Masih cari kemungkinan,” kata Head of Corporate Finance and Investor Relation INCO Andaru Brahmono Adi kepada awak media di Jakarta, Jumat 18 Juli 2025.
Andaru menyebutkan bahwa proses penjajakan dengan sejumlah calon mitra potensial masih berlangsung, namun belum ada kesepakatan atau penandatanganan perjanjian hingga saat ini.
Fasilitas High Pressure Acid Leaching (HPAL) tersebut dirancang memiliki kapasitas produksi hingga 60.000 ton nikel dalam bentuk mixed hydroxide precipitate (MHP). Fasilitas HPAL itu ditarget mulai beroperasi komersial paling cepat tahun depan.
INCO sendiri saat ini memiliki tiga proyek tambang yang tersebar di Bahodopi, Pomalaa, dan Sorowako, yang juga mencakup pembangunan fasilitas High Pressure Acid Leaching (HPAL). Total nilai investasi ketiga proyek tersebut mencapai sekitar US$8,5 miliar.
Bidik Saprolit
Dari sisi hulu tambang, INCO tengah menantikan persetujuan revisi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) untuk blok tambang Bahodopi, Sulawesi Tengah.
Adapun, revisi RKAB tersebut diajukan sehubungan dengan rencana INCO untuk mengerek produksi bijih nikel kadar tinggi atau saprolit mencapai 2 juta ton pada semester II-2025.
“Bahodopi secara teknis sudah siap operasi. Kontraktor, peralatan, semua sudah di lapangan. Begitu persetujuan final keluar, kami bisa langsung mulai produksi,” kata Andaru.
Sementara itu, manajemen INCO memperkirakan jadwal operasi dari Blok Bahodopi bisa dimulai akhir kuartal II-2025 atau awal kuartal III-2025.
Selain penjualan nickel matte, perseroan telah menjual sekitar 80.000 ton bijih saprolit kepada pembeli domestik, yang menandakan sumber pendapatan baru bagi perseroan tahun ini.
Realisasi pengiriman domestik itu menjadi bagian dari rencana penjualan yang disetujui sebesar 290.000 ton saprolit dalam RKAB akhir 2024.
Adapun, Vale telah menjual 17.096 ton nickel matte dengan nilai transaksi US$206,5 juta pada kuartal I-2025. Realisasi penjualan ini lebih rendah dari kuartal sebelumnya di level US$241,8 juta akibat volume pengiriman dan harga nikel yang lebih rendah.
Sampai kuartal-I 2025, Vale mencatatkan laba bersih US$21,79 juta atau naik 606,6% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu di angka US$3,08 juta.
Pada periode awal tahun ini, perusahaan mencatat EBITDA sebesar US$51,7 juta, lebih rendah dari kuartal IV-2024 di level US$54,1 juta lantaran koreksi rata-rata harga nikel.
Vale mengeluarkan belanja modal sekitar US$128,1 juta sampai kuartal I-2025. Sementara itu, kas dan setara kas perseroan per 31 maret 2025 bernilai US$601,4 juta, turun 11% dibandingkan dengan US$674,7 juta per 31 Desember 2024.**
(art/naw)