Palu, trustsulteng – Muhammad Revi dan Muhammad Juanda Bedolo adalah dua dari puluhan putra kelahiran Sulawesi Tengah yang mendapatkan bantuan beasiswa dari pasangan suami istri, Ahmad Ali dan Nilam Sari Lawira untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di luar negeri.
Revi dan Juanda Bedolo keduanya mahasiswa yang sedang melanjutkan studi di Universitas Al-Ahgaff di Yaman.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Ahmad Ali dan ibu Nilam Sari Lawira yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi,” kata Juanda Bedolo seperti dikutip, Ahad 4 Agustus 2024.
“Saya pribadi salah satu mahasiswa yang menerima bantuan beasiswa dari Ahmad Ali dan ibu Nilam Sari Lawira, semoga Allah swt membalas kebaikan bapak dan ibu, semoga juga bapak dan ibu diberikan umur panjang, sehat walafiat serta dimudahkan segala hajat dan urusannya,” tambah Juanda.
Hal senada juga disampaikan rekannya Muhammad Revi yang juga mahasiswa di Universitas Al-Ahgaff Yaman.
“Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Ahmad Ali dan ibu Nilam Sari Lawira atas bantuannya serta kesempatan yang diberikan kepada kami generasi milenial untuk bisa terus melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi,” kata Revi
“Saya sendiri merupakan penerima bantuan untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Ahgaff Yaman, semoga Allah swt membalas kebaikan beliau berdua, serta dimudahkan seluruh hajat beliau di dunia wal akhirat,” tambahnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, bakal calon gubernur Sulteng, Ahmad Ali mengatakan salah satu program utamanya ketika dipercaya memimpin Sulteng adalah meningkatkan layanan pendidikan.
“Pendidikan ini menjadi konsep saya,” kata Ahmad Ali mengawali wawancaranya seperti dikutip dalam video yang tersebar di grup WhatsApp tersebut, Kamis 1 Agustus 2024.
Konsep untuk mengembangkan layanan Pendidikan menurutnya, adalah yang sukses mengayomi yang di bawahnya. Salah satunya memberikan beasiswa kepada mereka yang ingin melanjutkan pendidikan, tetapi terkendala biaya.
Ditanya sudah berapa banyak anak-anak yang mendapat bantuanya dalam melanjutkan pendidikan, Ahmad Ali menjawab: “Adalah barangkali 10 sampai 50 orang anak-anak Sulawesi Tengah, yang sekolah S2, S3 di Jakarta, tanpa selama ini kita umbar, tanpa selama ini kita omongin,” jawab Ahmad Ali
“Adalah setiap tahun, lima, 10 orang kita sekolahkan di Yaman, kita kirim di Al-Azhar, tanpa kita harus omon-omon,” tambahnya.
Ahmad Ali mengatakan, adalah kewajiban bagi setiap orang yang mampu untuk membantu biaya pendidikan bagi mereka yang ingin melanjutkan sekolah namun tak memiliki biaya yang cukup.
“Karena itu kenapa? Karena itu kewajiban, saya punya mimpi,” ujar Ahmad Ali,
Ahmad Ali pun kemudian menceritakan kisah ketika dua orang adik yang pernah dibantunya untuk kuliah S2 di Bogor. Setelah menyelesaikan kuliahnya kedua adik ini kemudian mendatangi Ahmad Ali dan menanyakan bagaimana cara membalasnya budi baik itu?
“Kalau itu kau anggap sebagai satu utang, maka karena saya berkeyakinan, bahwa dengan pendidikanmu, kamu sukses dalam kehidupanmu, maka perlakukan adik-adikmu, seperti apa yang saya perlakukan kepada kalian.
Kalian bisa menyekolahkan satu orang, dua orang. Sudah selesai,” kata Ahmad Ali menjawab kedua orang itu.
Ahmad Ali berharap kebiasaan berbagi menjadi tradisi dalam kehidupan sehari-hari. “Tradiri berbagi itu, kita hidupkan dalam keseharian kita. Orang yang sukses mengayomi orang yang di bawah,” ujar Ahmad Ali.
Ahmad Ali menyadari betul, secara pribadi dirinya pasti tidak mungkin bisa membantu semua orang.
“Kenapa hari saya terpanggil mau menjadi gubernur? Karena menurut saya, gubernur itu adalah kebijakan,” ujarnya.
“Kebijakan yang bila jatuh di tangan orang pas, akan dirasakan manfaatnya oleh banyak orang,” tambah Ahmad Ali.**
dikutip dari berbagai sumber