Oleh; M. Syafe’i (oyot)
Penulis dan redaksi memberi judul “ini bukan kabar angin, AA (Ahmad Ali) dan AH (Anwar Hafid) punya komitmen kuat dalam membangun dan memajukan morowali”
Sahabat cyber space yang budiman, pada kesempatan ini saya hendak memberi penjelasan sebagai jawaban atas beberapa pertanyaan yang disampaikan pada postingan saya sebelumnya. Apa yang saya sampaikan ini bukan kabar angin, karena saya telah bicara langsung dan mendapat perkenan dari bapak Ahmad Ali sendiri. Selain itu, sahabat sekalian dapat menyimak langsung Chanel Youtube Podcast Kabar 68 Episode 30 milik Bapak Kamil Badrun, untuk melengkapi atau sekadar konfirmasi.
Alasan saya sederhana, semua pihak yang bertanya (masih penasaran) dan ingin mengetahui fakta yang terjadi di balik peristiwa politik di belakang, sehingga mempengaruhi pandangannya saat ini terhadap objek dan subjek (orang maupun keadaan). Penjelasan ini juga dapat menjadi informasi dari sumber yang benar bagi anda yang tidak mengetahui dan tidak pula bertanya tentang berbagai hal itu, sehingga dapat mengambil sikap dengan akal sehat sebagai alasnya.
Baik saya mulai dari beberapa komentar yang senada, bahwa Ahmad Ali (AA) tidak punya “sisi” melawan Anwar Hafid (AH). Kalau bertarung pasti kalah, kira-kira begitu maksudnya. Agar ceritanya runtut saya jelaskan sedikit panjang lebar, sesuai apa yang disampaikan langsung oleh AA kepada saya.
AA adalah Tokoh kunci yang telah berkontribusi terhadap Anwar Hafid menjadi Bupati Morowali pada tahun 2007. Andil AA bukan saja sebagai “Pendonor Utama”. Demi AH, dia telah melakukan “siasat politik yang lihai” bahkan “melawan hukum” seandainya kejadian ini bukan di arena politik. Sejarah Kepemimpinan di Morowali telah menyimpan rapi peristiwa ini di folder khusus tidak bakalan dimakan rayap.
Pada Waktu itu, sebenarnya AH tidak memenuhi syarat pemenuhan kuota parpol pendukung, karena partai Kristen dan Partai Buruh pengurusnya dibekukan, tetapi dengan usaha maksimal pada akhirnya AH terdaftar menjadi Calon Bupati, lalu menang. Komitmen yang mereka niatkan sederhana, “Bangun Morowali, Jadikan jabatan bupati menjadi perantara untuk kesejahteraan masyarakat”.
Seiring berjalannya waktu, komitmen moral itu tidak mewujud sebagaimana yang diharapkan. Sehingga pada musim pilkada Morowali 2012, (sebagai aksi protesnya) AA memutuskan untuk maju sebagai salah seorang kandidat melawan AH sebagai incumbent ketika itu. Hasilnya, ALLAH belum menakdirkan AA menjadi Bupati. Di sini menariknya.
AA tidak kalah, demikian peryataan beliau kepada saya maupun di Podcast Kabar 68. Dalam perhitungan akal sehat, AA tidak akan kalah, tetapi setelah perhitungan suara, yang terjadi sebaliknya, suara AH yang lebih banyak. Hasil yang dianggap tidak mungkin seperti itu, mengundang gejolak di Morowali, tetapi kemudian dapat diredam oleh AA. Dia meyakini bahwa hasil perhitungan suara itu “tidak benar”. Sengketa Pilkada itu lantas dibawa ke Mahkamah Konstitusi (MK) yang menghasilkan keputusan: Hasil Perhitungan KPUD Morowali dibatalkan seluruhnya. MK memerintahkan Pemilihan Suara Ulang (PSU) di seluruh TPS yang ada di Morowali. Hasil ini disambut gembira oleh kubu AA, mereka yakin melalui PSU, AA akan menang dan menjadi Bupati Morowali.
Kematangan Mental AA diuji pada saat itu. Di tengah persiapan PSU Morowali, keadaan tidak baik-baik saja, ketegangan antar blok pendukung masing-masing kandidat menguat, begitu juga dengan kelompok-kelompok kepentingan yang ada di Morowali saat itu.
Rupanya, Allah mengizinkan upaya Lobby AH kepada AA. Keduanya dipertemukan Allah di Lounge Garuda Makassar. AH ketika itu memohon dengan sangat kepada AA agar memberikan kesempatan kepada dirinya (AH) untuk menjadi Bupati kedua kali. AH sukses membujuk AA. Demi mencegah makin buruknya situasi sosial di Morowali hanya karena perebutan kekuasaan, maka AA memutuskan untuk tidak melanjutkan perjuangannya. Tetapi, keputusan MK tidak bisa dibatalkan, PSU harus tetap berjalan.
PSU di Morowali pada akhirnya tetap berjalan tanpa ada gerak bahkan geliat sama sekali dari pihak AA dan timnya menghadapi PSU. Sejak pertemuan dengan AH di Makassar itu, AA tidak pernah kembali ke Morowali. PSU Morowali ketika itu terasa hambar-tawar tanpa gula demokrasi.
Di kemudian hari AA mendapat kepercayaan dari Surya Paloh untuk menjadi ketua DPW Nasdem Provinsi Sulawesi Tengah, lalu menjadi Caleg DPR RI dan berhasil menjadi Anggota DPR RI pada tahun 2014. Sejak itu karir politik AA terus menanjak hingga mencapai kedudukan seperti sekarang.
Tahun 2020 AA kembali berniat ikut Pilkada Gubernur (setelah sebelumnya batal demi dua orang politisi senior yang sangat dihormatinya). Tetapi sekali lagi Allah belum memberi izin. Kali ini Ketua Umum Surya Paloh mewanti-wanti AA agar tidak maju, dan meminta AA untuk mengurus partai saja. Sebagai kader partai yang Loyal, dengan berbesar hati AA mengurungkan niatnya, lalu mendorong Rusdi Mastura untuk maju melalui Nasdem. Ahmad Ali dengan seluruh keluarga besar Nasdem telah mengerahkan seluruh sumber daya partai, uang, waktu, dan tenaga untuk mengantarkan Rusdi Mastura (Kak Cudi) menjadi Gubernur Sulawesi Tengah. Dengan Izin Allah Rusdi Mastura kemudian menjadi Gubernur Sulawesi Tengah.
Kini pada musim Pilkada 2024, setelah 10 tahun tertunda, AA telah memastikan diri menjadi salah seorang kandidat Calon Gubernur Sulawesi Tengah. Menurut saya pertandingan kali ini sangat seru. AA akan berhadapan dengan 2 orang yang sebelumnya telah diperjuangkannya sepenuh hati untuk menjadi Bupati di Kabupaten Morowali dan Gubernur di Provinsi Sulawesi Tengah.
Saya tidak ingin mengurai semua pasangan calon Gubernur yang akan berkompetisi di musim ini, karena sudah menjadi bahan bincang di warkop-warkop dan media sosial. Saya membuat status ini, semata-mata untuk menjawab pertanyaan dan peryataan yang disampaikan di beranda saya. Dari pada saya menjawabnya satu persatu, lebih baik saya jawab dengan status yang terpisah.
Pertanyaan dan pernyataan yang bernada sindiran, dengan sepenuh hati saya mohon maaf tidak dapat menjawabnya. Saya hanya berharap setiap kita menjaga adab dalam bermedsos dan saling menghargai. Mari kita berbagi sambil merawat keragaman.**