Yusrin L. Banna
PALU-Pengurus Besar Lingkar Studi Aksi dan Demokrasi Indonesia (LS-ADI) menggelar Dialog Publik dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda, di Warkop Aweng, Jalan Diponegoro Palu, Kamis 29 Oktober 2021. Diskusi bertemakan Episode Terorisme Poso dan Peran Pemuda Cegah Radikalisme.
Kegiatan tersebut menghadirkan 2 tokoh Sulteng selaku pembicara yakni pihak Intelijen Keamanan (Intelkam) Polda Sulteng diwakili Kasubdit I Syafrudin dan Dewan Penasehat LS-ADI Habib Muhammad Sadig Alhabsy. Moderatori Ketua LS-ADI kota Palu Asriadi. Peserta dialog terdiri dari ketua-ketua pengurus daerah LS-ADI serta perwakilan IPMA Poso dengan tetap mematuhi protokol kesehatan Covid-19.
Dewan Penasehat LS-ADI Habib Muhammad Sadig Alhabsy menyampaikan problem di Poso menyisakan sejumlah persoalan yang bisa diselesaikan secara bersama.
“Persoalan di Poso menyangkut isu radikalisme bisa kita selesaikan dengan cara yang baik tanpa harus ada tindak kekerasan didalamnya,” pesan Habib Sadig.
Menurutnya, salah satu upaya yang dilakukan untuk menangkal radikalisme Poso harus menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) di wilayah kabupaten Poso.
“Yang bisa menyelesaikan masalah ini adalah masyarakat Poso itu sendiri, perlu peran dari masyarakat dalam menjaga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat sehingga dapat tercipta situasi Kamtibmas di wilayah Poso,” bebernya.
Ia mengatakan akibat situasi yang terjadi di kabupaten Poso berdampak tidak masuknya investor di wilayah tersebut.
“Jadi masalah di Poso ini dengan isyu radikalisme bisa menjadi penghambat masuknya investor di Poso, ya bisa jadi karena adanya ketakutan dari pihak investor dalam memulai usaha di Poso sehingga lapangan kerja tertutup,” terangnya.
Diakhir pemaparannya, Habib Sadig mengapresiasi deklarasi yang diinisiasi oleh Farid Podungge.
“Saya sangat mengapresiasi deklarasi yang di lakukan di kabupaten Poso. Salah satu insiator nya adalah Farid Podungge, yang mengajak orang-orang untuk menghentikan penyebaran isyu radikalisme dengan mengakhiri gerakan kekerasan yang masih ada di kabupaten Poso,” tutupnya.
Editor Yusrin L. Banna