Oleh H. Sofyan Farid Lembah SH. M. Hum
Sejak awal tahun beberapa tokoh mempertanyakan terbengkalainya pembangunan Masjid Raya (dulu Masjid Agung). Keheranan ummat, sehabis lomba design masjid baru hiruk pikuk lanjutan nyaris tak terdengar lagi. Di lokasi kini tinggal gundukan dan lubang besar dan genangan air, tak ada aktivitas pembangunan. Tak ada lagi sisa puing apa lagi besi besi bangunan, mungkin sudah habis terjual (baca terlelang). Tertinggal bangunan sementara masjid dengan banyak jamaah maghrib hendak tunaikan shalat. Sementara dihamparan luas areal masjid ratusan pedagang jajanan sibuk layani pelanggan dan tawa anak anak bermain mengendarai mobil kecil. Faktanya demikian areal masjid berubah fungsi menjadi arena bermain anak anak dan pusat jajanan sektor informal dengan bunyi sempritan tukang parkir yang memecah senja.
Apakah Masjid ini segera terbangun kembali? jawabannya yang tahu hanya Gubernur dan Anggota Dewan Yang Terhormat di DPRD sana. Konon rumor di warung kopi, perencanaan anggaran pembangunan kembali dialokasikan pada anggaran tahun lalu sebesar 75 M. Tapi juga issunya alokasi anggaran sudah lenyap berganti kepentingan pembangunan lain. Tentu yang paham soal ini adalah BAPPEDA, Sekprov dan pasti Banggar DPRD Provinsi.
Mengenang sejarah Masjid Agung, masih belum terlupakan memori ummat bagaimana susah payah Pemimpin dan Ummat Islam juga pelaku ekonomi di GAPENSI setiap tahunnya menyisihkan anggaran pembangunan masjid itu. Gubernur berganti, Masjid belum juga selesai pembangunannya. Nanti diperiode Gubernur HB.Paliudju baru semua terselesaikan. Ummat Islam sangat bersyukur dan memanfaatkan Masjid Agung bukan hanya sebagai masjid tapi juga di lantai dasar dimanfaatkan sebagai tempat resepsi pernikahan juga perkantoran berbagai organisasi Islam, seperti BKPRMI Provinsi bahkan Perguruan Silat Prana Sakti menjadikan sebagai sarana pelatihan dan pembinaan anggotanya. Almarhum Hamzah Tiku rutin memimpin pelatihan disana.
Masjid Agung kini tinggal kenangan. Saya yakin, pada tahun ini Gubernur dan Anggota dewan terhormat pasti sudah mempunyai rencana antisipasi. Kan kita provinsi nomor 2 di Indonesia dalam hal investasi.
Dalam syukuran kepengurusan Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi Sulteng, saya menyampaikan agar DMI bisa mendorong pemerintah segera menyelesaikan persoalan ini. Kalau perlu kita meminta pemerintah serahkan pembangunannya kepada DMI. Biarlah Ummat Islam sendiri yang menyelesaikan. Kita malu. Bayangkan Provinsi ini tanpa ikon Masjid Raya. Disini ada Ponpes terbesar di Indonesia Timur. Saya yakin kekuatan ummat Islam sanggup mewujudkan pembangunannya. Saya khawatir anak cucu kita bakal menghujat, bahwa kita hanya pintar membongkar “Rumah Allah”. Tapi kita lalai membangunnya kembali apalagi cerdas memakmurkan masjid.
Saat ini saya pikir kita menunggu dulu belas kasih tindak lanjut penganggaran pemerintah. Di BAPPEDA dan Dinas Cipta Karya saya sudah mendengar beberapa waktu lalu mereka sudah lakukan study banding dan bersiap lakukan lelang. Hanya saja dalam RAPBD, anggaran untuk itu kosong. Lenyap.
Di Subuh hari ini, doa kupanjatkan agar Allah SWT tidak mencabut keberkahannya atas Negeri ini. Semoga hidayah ditanamkan pada para pengambil kebijakan. Yaa Allah Yang Maha Pengasih, jangan jadikan kami sebagai umat yang suka membongkar rumah Mu, tapi tak punya hati membangunnya kembali.*
Penulis Ketua Ombudsman Sulteng