
Oleh : Ari Fahry S.Kom. M. Kom
Beberapa kawan menghubungi dan bertanya ihwal gugatan Ahmad Ali ke MK, saya yang beberapa kali terlibat perbincangan dengan beliau cukup memahami perasaan Ahmad Ali, saya kenal betapa ia mencintai Sulawesi Tengah beserta warganya, maka pada pertanyaan kawan-kawan itu saya menjawab, beliau sedang memperjuangkan cintanya pada Sulawesi Tengah.
Doakanlah, ini tahun yang cukup nano-nano bagi saya, di tengah giat mengajar di kampus, arah perjalanan ini sepertinya menuntun saya untuk sebentar menengok ke ranah lain yang kerap saya hindari dulu. Tahun politik 2024 ini membawa saya melihat sebentar perpolitikan nasional dan daerah. Ranah yang jarang saya mau ikut terlibat jauh pada kontestasi pemilihan-pemilihan begini.
Saat Anies Baswedan mendeklarasikan diri maju pada kontestasi pilpres 2024, saat itu pula saya memantapkan hati akan mendukung beliau, mengampanyekan beliau, mensosialisasikan program-program baik yang beliau tawarkan. Di media sosial saya cukup intens menyampaikan sepak terjang Anies Baswedan, bagi saya, Pa Anies adalah putra terbaik bangsa yang kaya dengan ide-ide segar memajukan Indonesia. Hati saya telah luluh pada sosok Anies Baswedan sejak beliau membuat program Indonesia Mengajar.
Dalam upaya memenangkan Anies – Cak Imin saya bahkan membuat baju khusus pasangan Amin, baju yang dikelola swadaya dari dan untuk relawan.
Setelah melakukan gugatan ke MK, Anies dinyatakan kalah. Praktis, sebagai peraih suara terbanyak, Prabowo kemudian dinyatakan menang dan dilantik sebagai presiden. Gugatan Anies setidaknya menjadi catatan baru sengketa Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pemilihan Presiden di Mahkamah Konstitusi. Ini pertama kalinya ada Dissenting Opinion dalam PHPU Pilpres di Mahkamah Konstitusi.
Usai sidang MK, Anies mengucapkan selamat pada Prabowo dan Gibran, demikian pula Ganjar Pranowo dan Mahfud MD menyampaikan ucapan yang sama. Perhelatan pilpres 2024 pun dinyatakan usai. Semua kembali menjadi satu, menjadi Indonesia.
Pasca helatan Pemilihan Presiden, seluruh daerah selanjutnya bersiap-siap melaksanakan ajang pemilihan kepala daerah. Termasuk Sulawesi Tengah. Seperti kala saya mendukung Anies Baswedan, ketika Ahmad Ali menyatakan niatannya maju pada pemilihan gubernur, saat itu pula saya telah bertekad akan mendukung dan berupaya memenangkan beliau.
Bila dukungan pada Anies Baswedan karena program Indonesia mengajarnya, maka dukungan saya pada Ahmad Ali sebab interaksi dengan beliau di DMI Sulawesi Tengah. Bila boleh jujur, dulu saya juga termasuk orang yang tak bersimpati pada Ahmad Ali, tak ada baik-baiknya beliau bagi saya dulu. Sampai ketika kami dilibatkan dalam kepengurusan DMI Sulawesi Tengah, saya bisa melihat dari dekat kecintaan beliau pada Sulawesi Tengah.
Ketika kami menawarkan program pelatihan dai dan imam, program diklat dai dan imam selama sebulan penuh dan dilaksanakan selama 10 angkatan, beliau spontan mengiyakan dan meminta untuk segera membuat kurikulum belajarnya. Tak lama, tak panjang birokrasinya, saya ingat betul jawaban beliau saat disampaikan bahwa program ini tidak untuk dilaksanakan 1 sampai 3 hari, tapi selama sebulan full dan 10 angkatan. Beliau cepat membalas “Segera buat kurikulum dan anggarannya.”
Di tahun pertama menjadi ketua DMI, beliau membagikan baju kokoh dan sarung bagi seluruh imam masjid di Sulawesi Tengah, puluhan ribu baju koko dan sarung ditebar seluruh Sulawesi Tengah. Kami pernah menyampaikan bahwa kita perlu membagikan baju koko dan sarung dengan tertib, agar tidak jatuh pada orang salah. Mendengar kekhawatiran itu beliau malah membalas, bahwa bila salah sasaran, baju kokoh dan sarung itu juga paling yang dapat juga orang Islam. “karena ini banyak, pasti 1-2 ada yang salah sasaran, tapi yakin yang salah itu juga pasti masih orang Islam,” kelakarnya sambil terkekeh.
Mendaftar ke MK
Usai voting day, Ahmad Ali mengajukan gugatan PHPU Pilkada Sulteng ke Mahkamah Konstitusi. Beberapa kawan menghubungi dan bertanya ihwal gugatan Ahmad Ali ke MK, saya yang beberapa kali terlibat perbincangan dengan beliau cukup memahami perasaan Ahmad Ali, saya kenal betapa ia mencintai Sulawesi Tengah beserta warganya, maka pada pertanyaan kawan-kawan itu saya menjawab, beliau sedang memperjuangkan cintanya pada Sulawesi Tengah. Doakanlah.
Sebagaimana Anies Baswedan yang dulu mengucapkan selamat pada rivalnya setelah putusan MK, saya meyakini, Ahmad Ali juga akan melakukan hal yang sama usai penetapan MK terkait Pilkada Sulawesi Tengah ini. Beliau orang sangat sportif dalam pertandingan, ia akan hormat pada apapun hasil akhir yang ditetapkan.**
Penulis Dosen UNISMUH Palu