
Setiap tahun saat akan jumpa dengan bulan suci Ramadhan, jamak dijumpai tulisan “Marhaban ya Ramadhan”
Oleh: M. Tavip (EY)
Tulisan yang massif dijumpai saat menjelang bulan suci ramadhan ini selanjutnya dipahami sebagai suatu ungkapan selamat atas datangnya bulan suci ramadhan.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) ungkapan ini dimaknai seperti itu.
Saya menelusuri arti kata “Marhaban” ini melalui alat bantu tekhnologi, saya temukan bahwa setidaknya terdapat dua makna dalam ungkapan kata marhaban.
Pertama, berasal dari Kata Rahba
Yang bermakna tempat luas. Tempat luas menggambarkan jiwa, perasaan, begitu lega, dan begitu lapang dalam menyambut tamu. Untuk konteks Ramadhan, artinya seorang muslim merasa begitu lapang dada dengan datangnya bulan tersebut.
Jadi di sini penekanannya terletak pada ” akan ada (tamu) yang datang”, sehingga adalah suatu adab yang tinggi jika menyiapkan suatu agenda penyambutan dengan kelapangan dada nan ceria atas akan hadirnya tamu itu.
Kedua, marhaban barasal dari kata marhab berarti stasiun di mana kendaraan berhenti mengambil bekal sekaligus memperbaiki hal-hal yang rusak. Jika dikaitkan dengan marhaban ya Ramadhan, kurang lebih artinya seorang muslim siap mengambil bekal darinya (bulan Ramadhan) untuk melanjutkan perjalanan di jalan Allah.
Pada pengertian kedua ini nampak terlihat tekanan makna terletak pada aspek “bergerak bepergian”.
Dari dua perspektif yang digambarkan di atas, nampak bahwa berdasar atas asal usul kata, sebutan marhaban bukan hanya hanya sebagai penunggu tamu yang datang, tapi dia juga berarti suatu aktifitas bepergian kesuatu tempat yang (hendak) dikunjungi, karena tempat itu merupakan suatu arena penyimpan harapan dan kebaikan.
Dengan demikian memahami kata marhaban dari sudut asal usul katanya yakni “marhab”, maka selanjutnya dapatlah dipahami bahwa dia bukan bermakna “tamu”, tetapi dia adalah suatu tempat yang hendak dituju, dan tempat hendak dituju itu telah berpenghuni (ada tuan rumahnya).
Melalui alur pemikiran sebagaimana diuraikan di atas, maka timbul pertanyaan tekait ungkapan kata marhaban saat jumpa dengan ramadhan, apakah ramadhan dimaknai sebagai tamu yang akan mendatangi kita atau kita bepergian mengunjunginya?.
Sampai pada titik kesadaran seperti ini, ungkapan “marhaban ya ramadhan” akan saya pahami dan lakoni sebagai aktifitas bepergian mengunjunginya, bukan menunggu sambut atas kehadirannya, mengekspolitasi sumber daya fadhillah yang berada di dalam halaman keagungannya, sebagai bekal dalam menjalani kehidupan ini.
Jika sholat tarawih adalah suatu amalan yang sangat dianjurkan saat bulan ramadhan, yuk kita bepergian mengunjungi masjid.
Jika, jika dan jika lainnya harus kita lakukan di moment jumpa ramadhan, maka gegas- bepergianlah mengambilnya.
Semisal untuk mengekspresikan ungkapan maaf, bergegas-segeralah bepergian memberi maaf kepada sanak keluarga, sahabat serta handaitolan, minimalkan ungkapan meminta maaf.