Palu, trustsulteng -Abdurrahman Abdillah Al-Jufri, cicit dari pendiri Alkhairaat, Habib Idrus bin Salim Aljufri (Guru Tua), menanggapi dengan tegas pamflet berisi fitnah yang mencatut nama Alkhairaat dan menyerang calon gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng), Ahmad H M. Ali.
Pamflet tersebut beredar dengan mencatut logo dan nama tulisan Alkhairaat, mengandung tuduhan-tuduhan tidak berdasar yang ditujukan kepada Ahmad Ali.
Pria yang akrab disapa Maan Al-Jufri itu menegaskan bahwa Alkhairaat, yang didirikan oleh Guru Tua, memiliki makna yang luhur, yakni berlomba-lomba dalam kebajikan.
“Sungguh sangat tidak elok dan tidak pantas ada oknum yang dengan motif tertentu berusaha memfitnah seseorang dan mencatut nama Alkhairaat,” ujar Maan Al-Jufri dengan penuh penyesalan, Rabu 13 November 2024.
Ia menjelaskan bahwa fitnah yang disebarkan di pamflet tersebut berisi tiga poin utama yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Pertama, tuduhan bahwa Ahmad M. Ali tidak menepati janji terkait konsumsi dalam acara Haul Guru Tua. Maan Al-jufri menegaskan bahwa ini adalah tuduhan yang tidak berdasar.
“Ahmad Ali hampir setiap tahun, Insya Allah, memberikan kontribusi untuk Haul Guru Tua. Tidak hanya di pusat, tapi juga di Desa Wosu, Morowali, di mana keluarga besar beliau rutin berkontribusi di acara Haul,” ungkap Maan.
Terkait Haul Guru Tua terakhir, Maan mengungkapkan bahwa dirinya telah melakukan tabayun atau klarifikasi dengan ketua panitia, yakni kakandanya Habib Idrus Abdillah Aljufri.
“Habib Idrus mengatakan kepada saya bahwa H. Ahmad Ali telah berkontribusi pada Haul Guru Tua yang terakhir. Ini menunjukkan komitmen dan rasa cinta beliau terhadap Guru Tua dan Alkhairaat,” tegasnya.
Poin kedua dalam fitnah tersebut adalah klaim bahwa Ahmad M. Ali tidak hadir pada acara Milad Alkhairaat. Menurut Maan, justru ketidakhadiran Ahmad Ali di acara tersebut patut dibanggakan.
“Beliau sangat menyadari bahwa saat ini ia adalah salah satu kandidat calon gubernur Sulteng, dan beliau mencoba untuk menjaga jarak agar tidak terlihat sedang memanfaatkan Alkhairaat untuk kepentingan kampanye,” jelas Maan.
Ia menambahkan bahwa ketidakhadiran Ahmad Ali di Milad Alkhairaat malah menunjukkan sikap bijaksana dalam menghargai prinsip-prinsip Alkhairaat yang diajarkan oleh Guru Tua.
Fitnah ketiga yang beredar adalah tuduhan bahwa Ahmad Ali tidak ikhlas dengan hasil muktamar Alkhairaat. Menurut Maan, tuduhan ini juga sama sekali tidak berdasar.
“Ahmad Ali tercatat sebagai dewan pembina Perhimpunan Islam Alkhairaat,” ujar Maan.
Maan juga mengingatkan bahwa dalam pamflet yang beredar, ada kesalahan dalam penulisan nama Alkhairaat.
“Tetapi setiap sesuatu itu pasti meninggalkan jejak. Apa jejak yang tertinggal? Ini semua berkah yang ditinggalkan Guru tua. Yaitu, penulisan nama alkhairaat dalam Pamplet selebaran itu keliru, tulisan yang benar itu bukan alkhaeraat, tapi Alkhairaat. Tulisan alkhairaat tidak pernah pakai E, tapi pakai I. Kami sudah mengidentifikasi dan menelusuri kesalahan ini,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Maan menjelaskan bahwa meskipun pemilihan gubernur adalah hak setiap individu, ia sendiri memiliki pilihan dalam pemilihan ini.
“Saya juga punya pilihan saya sendiri, tetapi yang jelas, kami tidak bisa menerima fitnah dan pemalsuan nama besar Alkhairaat dan Guru Tua yang sangat dihormati,” tambahnya.
Di akhir pernyataan, Maan menyampaikan bahwa Alkhairaat selalu mengajarkan untuk menjaga kebersamaan dan menghindari perpecahan.
“Kami berharap, mari kita semua menjaga Alkhairaat, menjaga persatuan, dan saling menghormati pilihan masing-masing. Semoga Sulteng menjadi daerah yang semakin maju dan damai,” pungkasnya. **